Jumat, 22 Juli 2011

Struktur Histologi Kulit

PENDAHULUAN

Organ dalam tubuh, dibentuk oleh kombinasi dari satu atau lebih jaringan dasar. Disamping perbedaan seluler khusus yang menjadi ciri organ, maka banyaknya, tipe dan distribusi berbagai jaringan merupakan ciri diagnostik.
Sebagian terbesar organ tubuler tersusun dari perifer berturut-turut : Tunika mukosa, Tunika submukosa, Tunika muskularis dan Tunika Adventitia atau Tunika Serosa. Semua tunika bisa lengkap, satu atau lebih kurang berkembang, satu atau lebih dapat mengalami modifikasi untuk memenuhi tuntutan setempat. Variasi tersebut ditambah faktor-faktor lain memudahkan identifikasi organ.
Tunika mukosa merupakan lapisan yang paling internal (dalam) dan membatasi lumen, terdiri atas 3 lapisan yaitu lamina epitelialis mukosa, lamina propria mukose dan lamina muskularis mukosa.
Lamina epitelialis adalah lapisan epitelium organ. Dapat tersusun oleh satu macam atau lebih sel epitelium guna mendukung fungsi spesifik atau sebagai bagian organ. Ini merupakan lamina yang tetap pada tunia ini. Membran bsalis merupakan bangunan tetap antara sel epitelium (jaringan lain bukan jaringan pengikat) dan jaringan pengikat di dekatnya. Beberapa penulis memasukkan membran basalis sebagai bagian tunika mukose dan memberi nama lapisan ini : Lamina membrana propria mukose.
Lamina propria mukose adalah jaringan ikat yang membatasi lamina epitelialis. Biasanya bersifat areoler dan / atau berupa jaringan retikuler. Pembuluh darah kecil, saraf dan lipatan ke dalam lamina epitelialis mukose mengisi ruang ini. Pada jaringan pengikat di tempat ini dapat ditemukan sel-sel proteksi dalam jumlah tinggi dalam keadaan bebas atau tersusun sebagai Nodulus limfatikus. Disamping berfungsi sebagai pertahanan, lapisan ini merupakan sarana untuk nutrisi maupun kontrol epitelium.
Lamina muskularis mukose, terdiri atas 1 lapisan atau leboh otot polos. Lapisan dalam (Internal) tersusun sirkuler dan lapisan luar (eksternal ) tersusun longitudinal. Lapisan ini tidak selalu ada. Bila ada berfungsi untuk mengatur produk sekretorik glandula yang dapat mengadakan invaginasi ke dalam lamina propria mukose. Bila ada merupakan batas yang jelas antara jaringan pengikat lamina propria dan tunika submukosa. Bila tidak ada maka kedua ruang jaringan pengikat ini bertaut atau bersatu.
Tunika submukosa, tersusun dari jaringan pengikat areolar yang tersusun lebih kasar dari jaringan pengikat lamina propria mukose. Pembuluh darah besar, saraf (pleksus saraf) dan ganglion otonom terdapat disitu. Pada beberapa organ dapat juga ditemukan glandula. Tunika ini memungkinkan terjadinya motilitas tunika mukosa. Kalau lamina muskularis mukose tidak ada, lamina propria mukose, lamina propria submukosa atau tunika submukosa saja.
Tunika muskularis, biasanya berkembang baik dan terdiri atas 2 lapisan otot. Pada beberapa organ dapat tidak ada. Meskipun biasanya tersusun dari otot polos, tetapi pada beberapa organ tersusun dari otot skelet. Susunan yang paling umum tunika ini yaitu terdiri atas lapisan internal yang sirkuler dan lapisan eksternal yang longitudinal. Meskipun disebut sirkuler dan longitudinal, lapisan internal tersusun dalam susunan helix padat sedang yang eksternal tersusun dalam susunan helix lebih longgar. Vasa (pembuluh darah) dan flexi saraf ganglia otonom biasanya memisahkan kedua lapisan tersebut Tunika ini bertanggung jawab untuk pembentukan tonus organ, mengatur lumen dan menggerakkan material dalam organ.
Tunika adventitia, adalah kumpulan jaringan ikat longgar pada perifer organ. Pembuluh darah, saraf, ganglia dan jaringan lemak dapat ditemukan pada tunika ini. Organ yang berbatasan dengan ruang dibungkus oleh satu lapisan mesotelium. Pada keadaan ini, lapisan yang paling perifer disebut Tunika serosa. Lapisan serosa, dibentuk oleh mesotelium dan jaringan pengikat. Melalui tunika adventitia atau tunika serosa tersebut pembuluh darah, limfe dan inervasi masuk dalam organ. Tunika ini berperan sebagai penyatuan tunika adventitia dengan jaringan ikat di sekitarnya maupun dengan refleksi esotelium dan jaringan pengikatnya sebagai mesenterium.
Organ tubuler tubuh, berperan pada transport sekresi, absorbsi dan difusi berbagai macam material seperti : ingesta, cairan, darah, gas. Banyak cara digunakan oleh organ ini untuk memperluas area permukaan. Beberapa modifikasi, terutama yang berhubungan dengan sistem pencernaan. Elemen seluler tunika mukosa dapat mengadakan invaginasi ke dalam lamina propria mukose tanpa adanya pembentukan penjuluran ke permukaan atau dengan pembentukan penjuluran ke permukaan. Ini mengakibatkan penebalan lamina propria mukose. Elemen-elemen lamina muskularis mukose dapat terselip antara invaginasi tersebut dan meluas ke evaginasi tunika mukosa.
Glandula yang tetap berada di lamina propria mukose disebut.glandula mukosa. Invaginasi lamina epitelialis mukose dapat menembus lamina muskularis mukose dan adenomernya mengisi tunika submokose. Glandula semacam ini disebut Glandula submukosa. Pada keadaan tertentu, lamina epitelialis mukose melanjutkan diri membentuk glandula yang letaknya jauh dari lumen organ sebagai contoh hubungan antara pankreas dan hepar dengan lumen usus.
Organ padat atau organ parenkimatosa, juga tersusun dari kombinasi satu atau lebih jaringan dasar. Komponen organ parenkimatosa dapat dibagi menjadi 2 bagian utama. Parenkim adalah komponen fungsional organ, sedangkan stroma berfungsi secara metabolik atau struktural, menyokong dan mengontrol parenkimatosa. Stroma terdiri atas jaringan pengikat, pembuluh darah, saraf dan limfe.
Secara sederhana organ parenkimatosa seperti otot, trunkus nervosus, glandula dapat digambarkan sebagai berikut : Kelompok kecil parenkim dibungkus oleh rangka jaringan pengikat longgar atau retikuler. Pada jaringan pengikat ini ditemukan pembuluh darah dan saraf. Kelompok kecil parenkim membentuk kelompok lebih besar / unit dan dibungkus oleh jaringan pengikat longgar yang lebih kasar. Dapat juga terjadi bahwa jaringan pengikat yang membungkus kelompok kecil tadi melanjutkan diri ke jaringan yang lebih kasar yaitu Trabekule. Jaringan ikat kasar tersebut kemudian melanjutkan diri ke jaringan pengikat yang lebih padat dan berakhir pada jaringan pengikat putih padat fibrosa (DWFCT = “Dense White Fibrous Conective Tissue” disebut Kapsula. Jaringan pengikat tersebut berfungsi untuk penyokong dan merupakan tempat masuk dan / atau keluarnya pembuluh darah dan saraf.
Membrana mukosa meliputi beberapa atau seluruh komponen tunika mukosa. Membran tetap bersifat lembab karena sekresi sel lamina epitelialis atau glandula yang terdapat pada lamina propria mukosa atau tunika submukosa. Lamina epitelialis mukosa dapat terbentuk dari epitelium skuamsa kompleks, kuboid, kolumner ataupun pseudokompleks kolumner.
Membrana serosa terdiri atas lapisan mesotelium dan jaringan pengikat, membran ini membatasi ruang dan selalu dibasahi oleh cairan yang terdapat dalam ruang ini. Membrana mukosa, tersusun dari epitelium skuamus kompleks, khusus terdapat pada sistem pencernakan dan sistem reproduksi. Membrana mukosa yang dibatasi oleh epitelium kolumner, kuboid atau pesudokompleks kolumner terutama ditemukan pada sistem pencernaan, respirasi dan sistem reproduksi. Yang dibatasi oleh epitelium transisionil terdapat pada sistem Urinasi (kemih).



Struktur Histologi Kulit

Kulit (Integumentum Communae) menutupi seluruh permukaan badan, terdiri atas lapisan : epidermis dan suatu lapisan jaringan penyambung berupa dermis (korium) serta hipodermis (sub kutis) yang terdiri atas jaringan ikat longgar menghubungkan dermis dengan jaringan dibawahnya.
Fungsi kulit :
1. Membungkus serta melindungi tubuh hewan terhadap pengaruh luar yang merugikan.
2. Ikut mengatur suhu tubuh serta kadar air.
3. Membuang garam dan hasil metabolisme yang berlebihan.
4. Melindungi tubuh terhadap pengaruh fisik, kimia dan jasad renik kedalam tubuh.
Beberapa kelenjar kulit yang berperan dalam berbagai fungsi sekresi kulit, antara lain : Kelenjar Palit, Kelenjar Peluh, Kelenjar ambing dan kelenjar kulit khusus. Beberapa struktur yang merupakan turunan dari kulit adalah : rambut, bulu, kuku, tanduk, jengger, pial dan gelambir.
Kulit
a.Epidermis
Terdiri atas epithel pipih banyak lapis yang bertanduk, memiliki lima lapis utama yakni :
1.Stratum basale / stratum germinativum : merupakan lapis paling bawah terdiri atas epithel kubis atau silindris sebaris rendah. Lapisan ini bersifat mitosis aktif untuk menggantikan lapis diatasnya yang mati / aus. Pigmen juga bisa ditemukan pada lapis ini selain pada lapis spinosum.
2.Stratum spinosum : sel penyusunnya berbentuk poligonal terdiri atas beberapa lapis, semakin keatas semakin memimpih. Pertautan antar sel yang cukup kuat ditunjang oleh desmosoma, sel memiliki tenofibril yang berakhir pada desmosoma. Lapis ini juga bisa bermitosis.
3.Stratum granulosum : Satu sampai tiga lapis, sel berbentuk elip dan mulai menunjukkan tanda bertanduk (cornification). Sel tersebut mengandung kerantobilia dan fungsinya masih belum jelas diketahui.
4.Stratum lusidum : Beberapa lapis sel yang telah mati, karenanya beraspek homogen. Inti dan organoida tidak jelas tapi desmosoma masih jelas terlihat, sedangkan butir kerato-hyalin nya sudah lenyap berubah menjadi eledin.
5.Stratum korneum : Merupakan lapis sel yang paling luar, selnya bertanduk dan mengandung keratin yang diduga hasil perubahan eledin. Lapis ini pada beberapa tempat tebal dan bila kering akan mengelupas membentuk stratum disjunktum. Khususnya untuk stratum lusidum hanya ditemukan pada daerah yang tidak berambut, misalnya : planumnasale atau bantalan kaki.

Keratin adalah suatu skleroprotein yang sangat resisten terhadap pengaruh kimia dan biasanya keratin yang terdapat pada epidermis adalah keratin lunak dan keratin keras terdapat pada kuku, rambut yang bersifat kurang elastis karena kandungan sulfer tinggi.

b. Dermis / Korium
Sering disebut Kutis vera, merupakan bagian utama kulit, disusun oleh serabut kolagen padat sedangkan serabut elastis dan jaringan ikat lain sedikit.
Korium dibedakan atas dua bagian, yakni :
Ø Stratum papilleare : membentuk jalinan dengan epidermis pada kulit tidak berambut. Tampak papil, dan sering terdapat ujung saraf pembuluh darah serta saluran kelenjar peluh.
Ø Stratum retikulare : Antara stratum papillare dengan stratum retikulare sebenarnya mempunyai batasan yang tidak jelas. Hanya serabut kolagen pada stratum ini lebih padat dan anyamannya mengarah horisontal terhadap permukaan kulit. Didalam ilmu bedah mengetahui arah anyaman serabut kolagen ini sangat penting karena dalam operasi yakni memberikan proses kesembuhan yang lebih cepat.

c. Hipodermis
Hipodermis atau sub kutis terdiri atas jaringan ikat longgar yang banyak mengandung serabut elastis. Dalam keadaan patologis akan membentuk beberapa rongga yang berisi cairan (edema) atau udara (emphysema). Daerah ini juga merupakan tempat perlindungan lemak terutama pada babi. Pada hewan yang gemuk sel lemak dapat menyusup lebih dalam dan terdapat diantara otot. Daerah tubuh yang sedikit terdapat sub kutis adalah : metakarpus kuda, oleh sebab itulah kulit sulit digerakkan karena melekat kuat.

Integementum Mammalia
Epidermis berkembang dari ektoderm dan hipodermis merupakan turunan dari mesoderm. Pada mulanya epidermis tersusun atas beberapa lapis sel berbentuk kubus. Proliferasi dari sel ini menghasilkan lapisan sel epidermis dan proloferasi sel basal menambah dengan cepat ketebalan sel yang berada diluarnya. Invagansi dan proliferasi sel basal bertambah dengan cepat ketebalan sel yang berada diluarnya. Invagansi dan proliferasi sel basal kedalam lapisan dibawah epidermis seperti dermis dan hypodermis menandakan adanya rambut, bulu dan kelenjar, yang mana sel dari jaringan tersebut diatas berhubungan dengan sel epidermis. Dermis dan hipodermis berkembang dari mesenkhim khusus. Poliferasi dan difrensiasi yang cepat dari sel mesenkhim menghasilkan jaringan yang ditandai dengan jaringan ikat longgar dan jaringan ikat padat.

Pigmentasi Kulit
Melanosit adalah sel pembentuk pigmen yang juga dikenal dengan nama : Dermal chromatophore. Terdapat diantara stratum basale dan stratum spinosum tapi dapat juga terdapat pada stratum papillare dari korium.
Sel ini mempunyai bentuk khusus yakni memiliki penjuluran yang menyusup sampai stratum spinosum untuk melepas pigmen melanin pigmen tersebut selanjutnya diambil oleh sel pada lapis tersebut. Melanosit yang tidak berfungsi (istirahat) dikenal dengan “sel cerah” (clear cells). Sedangkan melanosit yang berfungsi dapat dikenali dengan reaksi DOPA (dihydroxyphenylalanine) yaitu melakukan sintesa komplek mengubah DOPA menjadi melanin. Reaksi DOPA inilah yang membedakan sel yang dapat membuat pigmen dan sel yang hanya menampung pigmen dalam epidermis.
Melanin berfungsi melindungi tubuh terhadap pengaruh sinar ultraviolet yang memiliki daya tembus kuat. Sebagian sinar ditahan oleh pigmen melanin. Pada beberapa organisme melanin mungkin tidak ada ( albinisme) mis : kerbau, sapi, harimau dan kera. Dari segi perkembangan ternak piara, albinisme agaknya dianggap suatu cacad keindahan. Kenyataan pada derajat albino yang kuat terdapat gejala takut sinar (photophobia) dan kondisi tubuhnya lebih lemah dari normal. Peristiwa hilang atau tidak cukupnya produksi melanosit yakni sel penghasil melanin juga disebut White Spots.

Kulit daerah Khusus
Beberapa bagian dari kulit ada yang berambut dan ada yang tidak atau gundul. Beberapa bagian tubuh ditandai dengan epidermis yang tebal, sedangkan bagian yang lain tipis. Sama halnya dengan dermis, ketebalannya beragam dalam penyebarannya keseluruh tubuh. Dermis adalah bagian yang paling tebal dari kulit. Kulit daerah tertentu beragam bentuknya, hal ini erat hubungannya dengan cara kerjanya, cara hidup, penyebaran dan tipe kelenjar serta ketebalan kulit merupakan adaptasi fungsional yang paling idela terhadap lingkungan sekitarnya.
1. Bantalan Kaki (Digital pad / food pad)
Bantalan kaki hewan karnivora mengalami penandukan yang hebat menebal, berpigmen kuat dan bagian kulit yang tidak berbulu berguna untuk perpindahan (lokomosi). Bantalan kaki ini tahan terhadap abrasi dan efektif sebagai penyerap goncangan.
2. Skrotum
Kulit skrotum umumnya paling tipis dalam tubuh, stratum korneum tidak berkembang dengan baik dan dermisnya kurang luas. Kelenjar tubuler apokrin dan kelenjar palit ditemui disini. Rambut tubuh halus dan pendek. Serabut otot polos dari tunika dartos mengadakan persilangan dengan serabut kolagen dan elastis dari dermis. Tunika dartos dapat dipengaruhi oleh suhu sekitarnya dan bertanggung jawab atas kedudukan relatif testis terhadap dinding tubuh. Pada derajat yang tinggi otot ini akan berelaksasi, skrotum akan meregang karena dipengaruhi oleh berat testis sehingga kedudukan testis akan menjauhi dinding tubuh sebaliknya terjadi apabila derajat suhu merendah.
3. Hidung
Planum nasale karnivora terbentuk dari penebalan dan pertandukan yang hebat dari epidermis disertai dengan tidak adanya kelenjar palit dan kelenjar tubuler. Planum nasale sapi dan ruminansia kecil tidak berbulu dan mengandung kelenjar merokrin tubuler yang melembabkan permukaannya. Epidermis tebal dan menanduk dengan hebat. Penandukan yang hebat dari planumrostale babi mengandung banyak kelenjar merokrin ubuler dan ditutupi oleh rambut yang jarang. Rambut yang halus dan kelenjar palit menandai kulit yang tipis di sekitar lubang hidung kuda.
4. Meatus Akustikus Eksternus
Merupakan saluran yang menghubungkan antara lubang telinga dengan genderang telinga. Saluran ini dilapisi kulit dengan folikel rambut yang kecil, kelenjar palit dan kelenjar tubuler apokrin yang telah bermodifikasi (kelenjar seruminous) dijumpai disini. Dermis dari saluran ini bercampur dengan perikhondrium dan periosteuon tulang rawan dan penunjang telinga.

Kulit Ayam
Secara garis besar kulit ayam sama dengan mamalia, terdiri atas epidermis dan korium. Lapisan epidermis agak tipis hanyai beberapa lapis sel. Strtaum korneum jelas, papil tidak tampak . Korium terdiri atas dua bagian, bagian superfisial jalinan serabut kolagen lembut dan bagian profundal lebih kasar.
Sub kutis tebal dan banyak mengandung lemak, oleh sebab itu gampang digeser, sedangkan subkutis pada kaki tipis, karena kurang bertaut erat pada tulang kecuali bantalan kaki yang agak tebal dan padat dengan sel lemak dengan septa dan mengandung pembuluh darah.

Kelenjar Kulit
1 Glandula Surodifera
Dibedakan atas dua type yakni : bentuk merokrin dan bentuk apokrin
a. Bentuk Merokrin
Bentuk kelenjar ini lebih banyak terdapat pada kulit yang sedikit atau tidak terdapat rambut misal : telapak kaki. Lumen ujung kelenjar agak sempit dan epithelnya berbentuk kubis, sel epithel mengandung lemak, glikogen dan kadang pigmen. Pada ujung kelenjarnya terdapat mioepithel yang lebih jarang dari bentuk apokrin. Tempat bermuaranya pada permukaan kulit dan sekretanya lebih bersifat cair dari pada bentuk apokrin.

b. Bentuk Apokrin
Banyak tersebar pada permukaan tubuh hewan piara karena selalu berkaitan dnegan rambut. Disebut apokrin karena sebagian dari ujung kelenjarnya tampak lebih luas dari merokrin dan kutub bebasnya terlepas sebagai sekreta. Bentuk epithel silindris dan tergantung aktivitasnya keadaan mioepithel relatif lebih rapat.
Tipe apokrin berkembang baik pada mamalia. Glandula sudorifera tersebar hampir seluruh permukaan tubuh kecuali pada : gland penis, kulit dalam preputium dan membrana timpani. Kelenjar ini dilengkapi dengan sel mioepithel (Basket cells) yang terdapat diantara kutub basal epithel dan membran basal.
Kelenjar peluh menghasilkan peluh, berbentuk cairan dengan bau khas. Sekresi kelenjar merokrin ternyata lebih encer. Bau khas kelenjar apokrin pada hewan ada kaitannya dengan kehidupan seks dan daya tarik seks. Dalam kelenjar peluh terdapat ureum pada kuda menyebabkan terjadinya busa, garam NaCl, Kholesterin, asam urin dan lain-lain.
Kelenjar peluh pada berbagai hewan piara berbeda dalam beberapa aspek, kuda lebih cepat mengeluarkan peluh karena kelenjar merokrin relatif banyak, ruminansia besar agak kurang. Sedangkan kelenjar peluh pada anjing dan kucing bersifat rudimenter, karenanya apabila panas lidah menjulur keluar untuk mengatur suhu tubuhnya. Pada daerah tertentu suhu tubuh tampak subur, misalnya : didaerah ventral ekor pada domba, daerah puting susu pada babi dan daerah pinggir berambut. Pada manusia kelenjar merokrin tersebar seluruh tubuh sednagkan kelenjar apokrin terdapat didaerah aksilia. Kelenjar peluh sebenarnya adalah alat pembuang metabolit disamping sebagai termoregulator.

2 Glandula Sebasea
Disebut juga kelenjar palit, membentuk semacam lobulus yang memiliki membran basal. Alat penyalurnya terdiri atas sel epithel pipih atau kubis rendah selapis dan bermuara didaerah folikel. Cara rekresi kelenjar ini adalah holokrin, sel tua hancur dan menjadi sebum (minyak) yang berguna untuk meminyaki rambut atau bulu, sebum mengandung protein dan kholestrin. Bentuk kelenjar palit ini tergantung dari lebat atau jarangnya rambut, besar atau kecilnya rambut, jenis hewan dan daerah pada tubuh.

3 Glandula Mammaria
Kelenjar ini merupakan kumpulan kelenjar tubulo-alveolar, yakni modifikasi kelenjar keringat. Kelenjar ambing ini terdiri atas : puting dan ambing.
Ambing disusun oleh : kapsula, jaringan ikat interstitial, epithel pansekresi dan sistem saluran pengeluaran. Penyebaran jaringan ikat dan parenkhim berfungsi dalam aktivitas sekresi dari kelenjar. Kelenjar yang berlaktasi aktif mempunyai sekresi dari kelenjar. Kelenjar yang berlaktasi aktif mempunyai lebih banyak parenkhim dan sedikit jaringan ikat dan keadaan akan berbalik apabila kelenjar tidak berlaktasi. Dengan demikian struktur kelenjar ambing pada hewan dewasa yang inaktif (tidak menyusui) berbeda dengan yang aktif dan yang sama sekali belum beranak (dara).
Ciri khas kelenjar ambing masih aktif, ditandai dengan adanya benda kasein yang terdapat pada sisa alveoli, alat penyalur atau pada jaringan ikat bekas alveoli. Pengurangan ujung kelenjar secara progresif diimbali dengan terbentuknya jaringan ikat dan jaringan lemak. Pada permulaan laktasi dimulai dengan perkembangan ujung alat penyalur yang nantinya menumbuhkan ujung kelenjar (alveoli) yang diatur oleh pengaruh hormon progesteron selama proses kebuntingan.

Strukutur histologi kelenjar ambing sebagai berikut :
Ø Stroma : mencakup kapsula, septa dan jaringan interstitial atau interaveolar yang semuanya terdiri atas jaringan ikat sebagai kernagka / penunjang.
Ø Parenkhim : Mencakup ujung kelenjar yang berbentuk tubulu alveolar bercabang majemuk dan alat penyalur. Pada hewan muda yang belum beranak ujung kelenjarnya tidak / belum tampak yang nampak hanya alat penyalur dengan banyak jaringan ikat interstitial, bahkan tampak sel lemak. Pada lumen terdapat susu.

Alveoli
 berbentuk kubis rendah atau silindris rendah pada yang aktif, jadi tergantung pada status fisiologinya. Pada permukaan epithel tampak mikrovili dan pada sitoplasma tampak benda golgi, butir lemak memiliki selaput ganda, protein. Pada susu sapi terdapat sekitar 3-4 %. Alveoli dikitari sel mio-epithelium.

Alat Penyalur
Satu atau dua alveoli sekreta dialirkan melalui duktus intralobularis, dengan epithel kubis yang kitari sel mio-epithelium. Epithel alat penyalur masih dapat bersekresi meskipun intensitastnya agak kurang. Pada saluran yang agak besar bentuk epithelnya kubis dua lapis dengan ada tanda bersekresi.

Sinus Laktiferus
Sinus ini merupakan penampung sekreta susu dari loburus atau lobus. Epitel silindris banyak baris dan dikitari oleh serbaut elastis dan otot polos. Sinus ini biasanya menjulur sampai daerah puting susu (Papilla mamae).

Puting Susu
Terdiri atas empat bagian yakni :
Ø Saluran puting susu : Epithelnya pipih banyak lapis dan bertandu, selaput lendir membentuk lipatan dengan jaringan ikat sebagai tunika propriaa sub-mukosa. Kuda memiliki dua samapai empat buah, ruminansia satu, babi dua sampai tiga buah, kucing empat-tujuh, anjing delapan-20 buah dan manusia 13-24 buah.
Ø Sinus puting Susu : Epithel silindris atau kubis dua lapis, selaput lendir membentuk lipatan melingkar dan longitudinal, dengan jaringan limferetikular pada tunika propria.
Ø Stingter puting susu : otot polos yang tersusun melingkar antara propria sub-mukosa dan hipodermis, sering pula tampak otot yang tersusun memanjang.
Ø Kulit puting susu : Epithelnya pipih banyak lapis bertanduk, korium terdiri atas serabut kolagen pekat seperti kulit. Hipodermis relatif tipis.

4 Kelenjar Kulit Khusus
Kelenjar kulit khusus perlu kita kenali karena mempunyai peranan klinis yang cukup penting. Kelenjar tersebut antara lain :

a.Glandula Anales.
 babi sekreta bersilat mukus sedangkan pada anjing berbentuk lemak bermuara diluar zona kolumnaris ani didaerah zona intermedia. Pada daerah peralihan anus dan rektum babi dan karnivora membentuk zona kollmnaris ani dengan jaringan limfoid dan fleksus venosus.

b.Sinus Paranales (anal sac)
Terdapat pada ujung dinding lateral dubur, berbentuk kantong berisi sekreta mirip lemak berwarna kelabu dan busuk. Kantong ini mempunyai epithel pipih banyak lapis dan pada tunika propria terdapat kelenjar, folikel getah bening, otot polos dan jaringan pengisi yang bersifat fibroelastis.

c.Glandula circumanales
 ini jelas terdapat pada anjing. Terdapat dua macam yakni superfisial berbentuk kelenjar palit dengan alat penyalur pada folikel rambut dan profundal bersifat non subaseus membentuk lobulus dengan sel poligonal, berinti pucat. Butir sekretanya mengandung protein yang nantinya membentuk sekreta bersifat mukus.

d.Glandula tarsalia (Kelenjar Meibom)
Terdapat pada kelopak mata yang lebih subur pada kelopak mata atas. Disekitar alat penyalur terdapat lobulus yang mengelompok menghasilkan sekreta berbentuk lemak didaerah pinggir palpebra yang berfungsi mengurangi pengeluaran air mata.


e.Glandula preputiales
Berbentuk kelenjar kulit pada bagian dalam prepusium. Kuda persebaran kelenjar ini berbentuk cincin. Pada babi terdapat sakus prepusialis yang memiliki papil dengan banyak folikel getah bening. Pada manusia kelenjar ini dikenal sebagai kelenjar Tyson yang menghasilkan smegma berbentuk keju.

f.Glandula uropigealis
Satu-satunya kelenjar kulit yang terdapat pada ayam (unggas), letaknya dibagian dorsal pada ruas ekor terakhir. Terdapat sepasang, pada unggas air pertumbuhan kelenjar ini lebih subur. Sekretanya berfungsi melicinkan bulu.

TURUNAN KULIT
1 Rambut
Merupakan serabut epidermis yang telah bermodifikasi. Rambut juga melakukan fungsi sebagai alat penutup, pelindung dan penerima rangsangan. Rambut berkembang sebagai penebalan setempat epidermis, selanjutnya mengadakan invaginasi kedalam lapisan jaringan ikat dan kemungkinan meluas sampai ke hypodermis.
Istilah rambut dan bulu untuk hewan memang sering dipakai tetapi istilah bulu dikhususkan untuk bangsa unggas. Hampir seluruh permukaan tubuh hewan dibungkus rambut, kecuali pada beberapa tempat tertentu, seperti : daerah moncong termasuk hidung, telapak kaki, daerah mukokuteneus.
Secara morfologis rambut terbagi atas :
Ø Batang rambut : Bagian rambut yang tampak dari luar, bertanduk dan berpigmen terdiri atas : kutikula rambut, berbentuk epithel pipih bertanduk dengan sisa inti yang tampak. Medulla : jumlah sel nya sedikit mengandung pigmen tapi banyak mengandung butir tikhohialin.
Ø Akar rambut dan Follikel rambut Follikel rambut merupakan invaginasi epidermis dan korium, dibagian tengah menjulur papil rambut dan dibedakan atas : Selubung akar dalam (kutikula, lapis huxley, lapis henle), Selubung akar luar, Lapis basal (Glassy membrane)
Ø Pada follikel rambut bertaut otot polos yang disebut “musculus arrectores pilorum” yang berfungsi menegakkan rambut atau bulu pada saat marah atau ketakutan (ayam dan angsa).

Rambut Sinus
Rambut sinus mirip dengan rambut biasa, hanya lebih besar dan folikel rambutnya terdapat anyaman pembuluh darah. Pada ungulata membentuk trabekula pada karnivora bentuk trabekula tidak tampak pada daerah superfisial sedangkan bagian propundal pembuluh darah sinus relatif kecil demikian juga pada babi.

Siklus Rambut
Dibedakan atas tiga tahapan yakni : anagen, katagen dan telogen. Anagen adalah periode dimana rambut telah tumbuh sempurna, yakni didahului dengan aktifitas mitosis sel kecambah dan sel kerucut rambut. Periode katagen ditandai dengan perubahan secara perlahan dalam kerucut rambut. Sel kecambah berkembang dibawah rambut, batang bentukkan ini menandai periode telogen yang mungkin bertahan selama beberapa minggu. Jadi mitosis yang berkelanjutan akan memanjangkan rambut.

2 Bulu
Bulu berasal dari epidermis dan mirip dengan rambut pada manusia, berkembang dalam folikel. Bulu dalam hal ini adalah bulu ayam. Bulu ayam hampir menutupi seluruh tubuh kecuali paruh, balung, pial dan kaki.
Pada ayam dikenal tiga yakni :
a. Bulu bentuk (contour feather) : Bulu elar (untuk terbang) Bulu ekor (mengatur keseimbangan waktu terbang / remics)
Remices primer : tumbuh dari daerah karpal dua, tiga dan digit.
Remices sekunder : tumbuh dari daerah sayap dan selebihnya.
b. Bulu bawah (plumae) : lebih kecil dan halus
c. Bulu halus (fitoplumae) : lebih halus dari plumae
Follikel bulu ayam menembus kulit secara miring, tertanam dalam sampai subkutis disebabkan karena bentuk bulu yang cukup besar.
Secara umum bagian bulu sebagai berikut :

a. Tangkai
Calamus : bersifat tembus cahaya dan berongga berisi udara
Rachys : merupakan axis dari vekillum

b. Sayap (Vexillum / vane) : berbentuk lamel yang langsing, tumbuh secara berpasangan dis : Barbs. Dari barbs tumbuh lamel berpasangan yang lebih halus dis : Barbules. Barbules yang keluar dari tiao barbs membentuk jalinan sehingga sayap cukup rapat dan elastis yang menguntungkan waktu terbang.

3 Kuku
Terutama untuk karnivora disebut : kuku, teracak untuk ruminansia dan sepatu kuku untuk kuda. Daerah kuku dikenal adanya epidermis (kuku sebenarnya), korium (pododerm) dan sub kutis.
Sayatan melintang dinding sepatu kuku dapat dibedakan atas :
a. Stratum tektorium : Merupakan ratis kuku yang paling luar dan tipis, bentuk sel sudah lenyap lebih-lebih pada kuku tua. Terdiri atas buluh tanduk yang masih lunak dan tidak berpigmen.
b. Stratum medium : Bagian kuku yang paling tebal, keras kuat karena padat. Didalamnya terdapat buluh tanduk yang mengandung bahan tanduk. Tiap buluh tanduk mengandung bagian korteks dan medulla. Stratum germinativum pada ujung dua papil didaerah kroon membentuk buluh tanduk, sedang selebihnya membentuk bahan tanduk intertubuler yang tumbuh kearah distal. Daerah ini berpigmen.
c. Stratum lamellatum : Pada kuku yang masih hidup dikenal adanya : lamel epidermal yang merupakan kuku sebenarnya dan lamel korium yang merupakan pododerm.



Pododerm
Struktur pododerm berbeda dengan korium kulit, karena pada pododerm terdapat pembuluh darah besar. Pododerm banyak mengandung serabut kolagen dan elastis juga terdapat stratum papilare dan stratum reticulare. Didaerah koroner korium paling tebal, sebaliknya dipinggiran tipis.
Pododerm daerah dinding kuku membentuk lamine coriales, primer dan sekunder. Di bagian depan lamine relatif lebih subur dibandingkan dengan daerah belakang.

Teracak
Pada teracak bulb dan frog tidak ada sedangkan sol sangat kecil. Laminae epidermal sekunder tidak ada, sednagkan yang primer panjang, langsing dan kadang bercabang. Sedangkan kuku untuk karnivora mempunyai dinding kuku bilateral pipih, dan daerah pertemuan dermis dan epidermis pada garis tengah agak lunak.

3.4 Tanduk
Merupakan penjuluran o. frontale yang disebut posessus kornualis, berongga dan berhubungan dengan sinus frontalis. Epidermis membentuk stratum kornium yang tebal yang selanjutnya membentuk horn sheats dan didaerah akar tanduk berbentuk epikeras. Epikeras terdiri atas bahan tanduk lunak homolog dengan periopel kuku, pada tanduk terdapat buluh halus yang dibagian tengah memiliki unsur medulla.
Pada tanduk sering tampak cincin tanduk yang sering dihubungkan dengan perubahan periodik pertumbuhan terutama : kerbau dan domba. Sedangkan sisik, paruh dan taji pada ayam secara garis besarnya memiliki struktur mirip kuku.

Perbaikan Kerusakan Kulit
Kulit merupakan subyek dari berbagai tipe luka atau kerusakan keutuhan anatomi abrasi, kontusio, laserasi punstio dan insisi. Perbaikan kulit merupakan hal yang komplek dan dinamis dan aktivitas selular diawali dari luka dan persambungan pada seluruh jaringan yang terluka. Walaupun perbaikan luka menggambarkan persambungan dari aktivitas sel secara keseluruhan, untuk membahas proses perbaikan ini dibagi atas beberapa tahap, yakni : perlukaan, induksi, inflamatori dan tahap maturasi.
Yang terlihat dalam perbaikan kulit adalah epidermis, dermis dan hypodermis. Kebanyakan proses abrasi ringan pada epidermis tanpa kerusakan dermis umumnya mampu diperbaiki melalui aktivitas mitosis stratum basale epidermis.









Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar